Waspadai Hasutan Lewat "Setan Gèpèng": Pembinaan Kakanwil Kemenag Provinsi Jateng di MAN Demak
Instruksi agar ASN di lingkungan Kementerian Agama mewaspadai godaan "setan gèpèng" yang hadir di depan mata denan mengenakan baju agama untuk tujuan memecah belah kerukunan bangsa, disampaikan langsung H. Musta'in Ahmad, S.H., M.H., dalam Pembinaan Kakanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah di MAN Demak, Kamis siang (9/3).
"Setan gèpèng yang saya maksud adalah Hand Phone yang selalu ada di genggaman kita. Apalagi di era keterbukaan informasi dan IT saat ini, ditambah maraknya semangat beragama di masyarakat, maka setan gèpèng kerap dimanfaatkan untuk jadi ajang para "Gus" tanpa nasab, guna mempengaruhi masyarakat," terang Kepala Kankemenag Provinsi Jawa Tengah, didampingi Kakan Kemenag Kab. Demak, Kasubag TU Kemenag Demak, Kasi Penma Kemenag Demak, dan Kepala MAN Demak.
Tanpa pemahaman agama yang memadai, menurut H. Musta'in Ahmad, para pengaku duriyah yang muncul tanpa nasab ilmu yang jelas, sering masuk lewat group-group sosial media dan video-video tayangan yang mudah diakses masyarakat.
"Lewat cara-tersebut, mereka yang sebenarnya masih dangkal dalam penguasaan ilmu agama, akhirnya memiliki pengikut. Ironisnya, mereka kemudian menjadi golongan yang merasa paling benar dalam ber-Islam, lalu seenaknya mengkafir-kafirkan masyarakat lain yang tidah sepemahaman," terang Kakanwil.
Menyikapi maraknya hal tersenut, H. Musta'in Ahmad berpesan ke seluruh pegawai di jajaran Kementerian Agama, agar jangan mudah diadu. Terutama oleh mereka yang suka memanfaatkan isu-isu agama untuk kepentingan di luar agama.
Moderasi Beragama
Menurut penjelasan Kakan Kemenag Jateng, ada dua kondisi penting yang melandasi Kemenag terus gencar menggaungkan semangat moderasi beragama. Pertama, meningkatnya semangat beragama di masyarakat.
Kedua, keterbukaan informasi dan teknologi, yang dibarengi kemunculan para pengaku-pengaku duriyah keulmuan agama tanpa nasab yang jelas, yang berpotensi memecah belah keutuhan bangsa Indonesia.
"Dengan moderasi beragama diharapkan warga bangsa di negeri kita mengerti dan memahami cara membawa agama ke arah yang lebih asri, meneduhkan, merekatkan hubungan antar anggota masyarakat," jelasnya.
Kenakalan peradaban yang pernah dilakukan bangsa asing juga menjadi faktor lain yang turut menjadi pertimbangan mederasi beragama terus dikumandangkan.
Bangga Jadi Guru di MAN
Selain hal-hal tersebut di atas disampaikan dalam pembinaan pegawai di MAN Demak, Kakanwil juga mengingatkan agar guru dalam melaksanakan tupoksinya selalu memiliki rasa syukur.
Kakanwil juga mengingatkan, "konsekuensi jadi manusia yang lahir di Indonesia, yang menjalani hidup sebagai pegawai di lingkungan Kemenag, khususnya di MAN Demak, jangan lelah menghadapi tanggung jawab, jangan menyerah dengan kesulitan, harus selalu optimis, dan selalu ingat perjuangan orang-orang pertama para pendahulu di awal masa kelahiran Kemenag, serta jasa-jasa orang pertama yang membidani lahirnya lembaga pendidikan ini."
pewarta : Supriyono