Tari Saman MAN Demak Tampil Memukau dalam Festival Toleransi dan Seni Budaya di Sam Poo Kong Semarang
Warta: Supriyono, S. Pd.
Merinding dan speechless alias tidak bisa berkata-kata. Begitulah nuansa batin yang dirasakan para pembina, pelatih, guru pendamping, dan seluruh kru tim tari saman MAN Demak, usai tampil menawan pada pembuka acara dalam Festival Toleransi dan Seni Budaya, di Klenteng Sam Poo Kong Semarang, Jumat malam (18/11), pukul 19.00 WIB.
Tangis haru karena bahagia seketika membuncah di belakang panggung, setelah para penari saman MAN Demak turun dari perhelatan, yang dihadiri dan disaksikan langsung oleh Menteri Agama RI, Gus Yaqut Cholil Qoumas; Kepala Balitbang Kemenag RI, Prof. Dr. H. Suyitno; Kepala Kanwil Kemenag Jawa Tengah, H. Musta’in Ahmad, SH, MH., dan tamu-tamu penting serta tamu undangan lainnya.
Menurut penuturan guru pembina ekstrakurikuler tari MAN Demak, Rina Winaryanti, S.S., M.Pd., para rekan-rekan guru, termasuk Wakil Kepala Bidang Kesiswaan MAN Demak, Ahmad Sholeh, S. Pd., yang malam itu turut mendampingi dan menyaksikan performa anak-anak MAN Demak mendapat sambutan meriah seluruh hadirin, hanya bisa terperangah dan air mata pun berkaca-kaca, bahkan hingga membuncah tanpa sanggup lagi berkata-kata.
"Kami benar-benar tidak menduga, jika membayangkan limit waktu yang dikabarkan penyelenggara dengan hari H untuk tampil di pembukaan acara itu yang begitu mepet. Kita cuma punya 2 hari efektis saja untuk belajar tari saman," ungkap Rina.
Rasa syukur dan terima kasih kepada anak-anak penari saman, juga disampaikan Waka Kesiswaan, Ahmad Sholeh, atas performa maksimal mereka di gelaran Festival yang diinisiasi oleh Balitbang Kemenag RI.
"Alhamdulillah, ternyata anak-anak kami bisa tampil di ajang sebesar itu, hampir tanpa cela. Hal yang bikin kami haru, usai anak-anak kami tampil, dan Gus Menteri sampai berdiri dari tempat duduknya memberikan standing appluse mengapresiasi penampilan anak-anak MAN Demak menyuguhkan Tarian Saman," kenang Wakamad Bidang Kesiswaan dengan mata berkaca-kaca.
Sungguh pengalaman ini, menurut Ahmad Sholeh menjadi hal yang membanggakan, tentunya tidak hanya bagi guru pembina dan para pengasuh, tapi juga seluruh civitas akademik MAN Demak. Pastinya, ini makin melecut semangat anak-anak ekstrakurikuler tari di MAN Demak makin giat untuk mengembangkan potensi diri.
Hal senada juga diakui langsung oleh Kepala MAN Demak, Drs. H. Moh Soef, M. Ag., dalam suatu kesempatan rapat konsolidasi penguatan karakter religi, sosial, dan budaya bersama para siswa dan guru-guru fasilitator, di ruang aula madrasah, Sabtu siang kemarin.
H. Moh Soef menyampaikan, sempat merasa khawatir, saat anak didiknya diminta tampil menyuguhkan tarian seperti yang diinginkan panitia penyelenggara.
"Awalnya, MAN Demak diminta untuk menampilkan tarian sufi. Namun, karena sesuatu dan lain hal, akhirnya kurang 3 hari, panitia menghubungi lagi, agar siswa MAN Demak menampilkan Tari Saman, pada Festival Toleransi & Pagelaran Seni Budaya, bertema Diplomasi Moderasi Beragama Melalui Seni Budaya. Ternyata anak-anak MAN Demak memang luar biasa," tutur Kepala MAN Demak.
Himatul Aliyah, S. Pd., bahkan sempat mengabadikan detik-detik para penari MAN Demak mendapatkan sambutan dan bersalaman langsung dengan Gus Menteri, Kepala Balitbang RI, dan Kakanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah.
Angkat topi untuk performa ekstrakurikuler Tari MAN Demak. Khususnya buat para penari saman, yang Jumat malam lalu tampil, yaitu Amalia Naila Inayah (11 MIPA 7), Muthia Rahmani 'Amaliah (X-1), Valda syaharbana (X-6), Reva Hilyatul Zamzamiyah (X-10), Devinda juwitaningrum (X-2), Fatimatuz Zahro (X6), Afina Damayanti (XII -S3), Umi Rahmawati Hidayah (XII -S3), Lana Husnunnihayah (XI Agm), dan Era Al Khoirina (Xl Mipa 5).
Seluruh civitas akademik MAN Demak mengapresiasi kiprah perjuqngan kalian membawa nama almamater semakin kondang jaya. Tampil satu panggung festival dengan para pesohor seniman pluralis, seperti Sosiawan Leak, Ulama sekaligus penyair Zawawi Imron, Gus Chandra Malik, hingga legenda ludruk Cak Kartolo.
"Tampil dalam satu pagelaran dengan Konghucu Barongsai (MATAKIN Jateng), Tari Nusantara (STIA Budha), Amazing Grace (Romo Aloysius Budi P),Tari Kreasi Bali (Sanggar Saraswati), dan Campursari Laras Madya (GBI Gisikdrono Semarang) adalah peristiwa pengalaman langka hidup yang sangat berharga, yang mungkin belum tentu akan terulang," pungkas Pembina Tari MAN Demak, Rina Winaryanti.